Vanel, Paket dan Sebilah Pisau


Minggu pagi waktu itu, seperti biasa ingin bermalas-malasan dan enggan rasanya untuk beranjak dari tempat tidur; apalagi jam masih menunjukkan dibawah pukul 6. 

Anak muda ini  lekas beranjak dari tempat tidur dan tak seperti biasanya selalu mencari mama atau merengek-rengek saat bangun tapi tak melihat mama nya di tempat tidur. Rasanya lega karena 'tak diganggu' oleh tingkahnya. Dengan perasaan puas melanjutkan tidur dan menarik selimut yang sudah acak-acakan ditarik anak muda itu.


Tiba-tiba terdengar suara setengah berteriak: "bapak, bangun pak. Ini paketnya dibuka dulu" seru anak muda ini sambil membawa paket buku yang tiba kemarin dan belum sempat dicek. Astaga, ini paket darimana diambilnya? Biasanya semua paket kita "sembunyikan" supaya tak terdeteksi oleh radarnya. Lirihku dalam hati, sambil pura-pura tak dengar apa yang terjadi.

Lalu anak muda ini menarik selimut dan mulai berteriak "bapak, buka dulu paket nya. Buku aku ini. Aku mau baca buku".
'Oh, itu paket bapak dek, bukan punya Vanel. Simpan lagi ya, kalau mau baca buku adek ambil bukunya di depan ya...', sahutku dengan suara setengah tidur. Dan anak muda itu langsung pergi meninggalkan kamar. Alangkah senangnya hati ini niat melanjutkan tidur akhirnya kesampaian juga.

Tak lama berselang, suara itu lagi. "Pak, ini aku ambil pisau". Tanpa basa-basi langsung bangkit dan kaget bahwa benar sebilah pisau ditangannya sambil berdiri di depan tempat tidur. 'Vanel, pisaunya untuk apa dek dibawa ke kamar?' tanyaku dengan berusaha sangat tenang. "Paketnya susah kali dibuka pak, pake pisau aja. Buka paketnya". Jawabnya dengan polos.

Dengan perasaan lega masih bercampur kaget, ku letakkan pisau itu. 'Vanel, pisau ini kan tajam dan berbahaya. Kalau kena tangan Vanel, bisa terluka, keluar darahnya, lalu sakit, bisa bengkak dan harus diobati sama dokter. Vanel mau tangannya sakit?' "gak pak". 'Nah, kalau begitu lain kali kalau mau ambil pisau harus panggil bapak, mama, atau oppung ya dek. Adek tidak bapak bolehin mengambil pisau. Vanel ngerti maksud bapak?'. "Iya pak". Ya sudah, bapak simpan pisaunya ya?! Jangan disimpan pak, buka dulu paketnya.... 🤣🤣

Ini paket bapaknya lho dek, bukan punya Vanel jadi kita simpan saja ya. "Itu buku Vanel, aku mau baca buku. Buka dulu paketnya" serunya sambil mulai memaksa. Ya sudah, ayokkk kita buka disini saja. Dan anak muda ini kegirangan melihat isi paketnya ada buku seperti yang dia kira. "Aku buku baru. Ini buku aku" katanya sambil mengambil semua buku-buku itu. Buka plastiknya ini pak, pintanya lagi.

Dan bungkus plastiknya kukoyakkan sedikit dan Vanel membuka plastik bukunya dengan semangat. Untung saja Vanel tidak meminta semua bungkus plastiknya dibuka. Karena kalau demikian, maka kami akan rebutan membuka bungkus plastiknya itu. Jika kalian penggemar buku, kalian pasti paham maksud ku. Membuka bungkus plastik buku baru itu punya sensasi yang khas dan luar biasa. Rasanya sangat menyenangkan dan mencium aroma buku baru. Ahhhhhh.... Nikmat sekali.

Simpan dulu ini pak, simpan. Gak lebih enak ini aku baca.


Meskipun setelah bungkus plastiknya dibuka dan buku cuma dibolak-balik entah kapan sempat membacanya, tapi ada sensasi yang  menyenangkan. Oke tetaplah membaca, karena membaca membuka wawasan memberi inspirasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungannya, Silahkan berikan komentar Anda di sini / Thank you for visiting, Please leave your comment here.