smooth seas do not make skillfull sailors - African Proverb |
Hari ini, betapa sulitnya mengalahkan rasa jenuh bercampur kepenatan dalam rutinitas harian yang kadang terasa semakin menjengkelkan ini. Huhhh… dasar tak tau bersyukur, tapi begitulah faktanya. Ada saat ketika semua kurang bisa dinikmati dan membuat tak bersemangat untuk melakukannya.
Dengan rasa malas tingkat tinggi setelah libur sehari dalam rangka “Hari kejepit Nasional”, akhirnya saya bersiap-siap juga untuk berangkat kerja. Setelah semua perlengkapan beres dan Sepeda Motor yang tampaknya juga malas karena “belum mandi” itu, lalu saya pun berangkat;
tentunya rasa malas itu juga masih belum sirna setelah menyalakan motor. Haaaaaahhhhhhhhhhh…. Menarik nafas panjang sekiranya bisa membuang rasa yang tak berguna ini.
tentunya rasa malas itu juga masih belum sirna setelah menyalakan motor. Haaaaaahhhhhhhhhhh…. Menarik nafas panjang sekiranya bisa membuang rasa yang tak berguna ini.
Sembari melintasi wilayah “perkotaan”, hiruk pikuk manusia membuat alur pikiran ini mulai jalan. Ternyata aku saja yang merasa kurang bersemangat hari ini, sementara semua orang sudah dengan sibuk nya mengerjakan entah apa pekerjaannya. Ditengah lumayan ramainya jalanan di pagi yang mulai terik itu, perhatian saya tertuju pada 2 orang pekerja galian dipinggir jalan. Saya tidak tau persis pekerjaan galian apa yang sedang mereka kerjakan. Mungkin kabel bawah tanah, atau pipa air, entahlah… Namun mereka mengayunkan cangkul dan peralatannya tanpa menghiraukan siapa saja yang melintas di jalanan itu. Dan terus membungkuk melakukan tugasnya dengan semangat, Sesekali mereka berdiri tegak sekedar menarik nafas dan menyapu keringat. Kalau saja kedua pekerja galian itu adalah laki-laki bertubuh besar atau pria pekerja sebagai buruh kasar, itu hal biasa. Namun pekerja yang saya lihat di pagi itu adalah dua orang wanita paruh baya, taksiran saya mereka adalah ibu rumah tangga yang berjuang keras membantu menyokong ekonomi keluarga.
Sejenak saya teringat dengan sosok ibunda tercinta. Seorang wanita pekerja keras yang tak kenal lelah, bahkan tanpa gengsi bekerja berjuang bagi kami anak-anaknya. I Love you mom.
Disepanjang perjalanan menuju tempat kerja, saya masih saja teringat dengan kedua wanita pekerja galian tadi. Rasanya tidak adil bagi perempuan bekerja semacam itu, itu terlalu berat bagi mereka, kemana suami mereka?!! Hati ini bergumam. Tapi saya tau mereka sedang memperjuangkan sesuatu dalam hidupnya. Mereka melakukannya demi anak-anak, demi keluarga, demi melanjutkan hidup yang sementara ini.
Sementara pekerjaan saya menumpuk dan rutinitas pekerjaan dimulai, dan saya merasa “bersalah” mengingat dua wanita pekerja galian yang penuh semangat itu, dan saya, huuuuuffffff…. hampir tak bersemangat sama sekali. Kedua wanita itu memberi saya semangat baru, dorongan untuk bersungguh-sungguh melakukan aktifitas hari ini. Dan kesibukan hari ini hingga jam pulang tiba hampir tak terasa.
Saya lebih bersemangat untuk pulang kerja, bukan karena sudah jam pulang tiba, tapi karena pekerjaan hari ini dapat terselesaikan. Karena bagi saya, pulang kerja tanpa menyelesaikan pekerjaan membuat saya tidak dapat tidur nyenyak di rumah. Melintasi rute yang sama pergi dan pulang kerja menjadi kebiasaan saya, dan sore menjelang malam itu saya bertemu kembali dengan kedua wanita pekerja galian tadi pagi. Kedua wanita itu masih tetap bekerja - belum pulang. Dan saya lihat masih tetap bersemangat walaupun kelihatannya sudah sangat letih bekerja berat sepanjang hari.
"Apapun juga yang kamu perbuat,
perbuatlah dengan segenap hatimu
seperti untuk Tuhan
dan bukan untuk manusia."
Kolose 3:23
Rasanya air mata ini hampir menetes, bukan karena kasihan pada kedua wanita itu. *yahh.... memang ada rasa kasihan juga*, Tapi karena terharu melihat perjuangan mereka yang begitu berat dan mereka melakukannya dengan semangat. Padahal ada begitu banyak orang meratapi situasi dan membuat dia tidak bekerja sepanjang hari. Begitu banyak orang yang mengeluhkan situasi sulit yang membuat dia mencoba lari dan akhirnya tak berbuat apa-apa juga dan menghancurkan hidupnya sendiri.
Kedua wanita pekerja galian itu membuat saya belajar untuk bersyukur atas apa yang saya nikmati hari ini, wanita itu membuat saya belajar untuk bersemangat melakukan pekerjaan seberat apa pun itu. Apapun yang dijumpai tangan mu untuk dikerjakan, lakukanlah dengan sungguh-sungguh, dengan sekuat tenaga. Rabu, 08 Desember 2010.
Mungkin Anda belajar sesuatu dari kedua wanita pekerja galian itu, boleh juga dibagikan. ;)
cool! tapi sabtu pagi at 6 AM.. pergilah ke sepanjang jalan trikora, sekitar simpto hingga ke galon bahkan pasar sidikalang... disana kita akan belajar tentang PERJUANGAN HIDUP... 'sketsa masyarakat'
BalasHapusWow, the great story, i like it....!!! BRo, titip salam sama mereka yah...!!!
BalasHapus@Wandi Tambunan: trims ya bang, well aku sering lihat jg, beberapa kali kuperhatikan dengan seksama, 'sketsa masyarakat tikki maronan". Perjuangan berat jg memang, but at least mreka rame2 di pasar. tp wanita pekerja galian pinggir jalan yg kulihat itu rasanya jauh lbh berat.:'(
BalasHapus@Simsqren: thanks brother, ada baiknya mampir aja ke sini, sklian kunjungi aku, samperin jg pekerja galian pinggir jalan itu. cucok??