Jalan yang Tak Terpilih

Tiada hari tanpa diperhadapkan dengan pilihan-pilihan dan keputusan-keputusan. Tiap hari ada begitu banyak yang harus diputuskan yang tak jarang membuat pusing dan bingung bahkan kadang membuat frustasi. Namun keputusan yang kita buat hari ini akan menjdikan kita esok hari.

Aku jadi terinspirasi ketika membaca bukunya Ray Pritchard - The Road Best Traveled, tentunya yang edisi bahasa Indonesia: Pilihan Paling Bijaksana.

"Dua jalan berpencar di sebuah hutan kuning,
Dan aku menyesal tak dapat menjalani keduanya.
Ketika aku memilih salah satu,
Aku lama berdiri,

Dan memandangi yang satunya lagi;
Hingga jalan itu membelok di kejauhan,
Dalam kondisi yang belum sempurna.

Lalu aku menjalani yang satunya, yang sama baiknya,
Dan mungkin malah lebih baik,
Karena hamparan rumput hijau terbentang di hadapan,
Walaupun sebenarnya,
Terasa sama saja.

Keduanya sama terpampangnya di pagi itu,
sama-sama belum pernah kulalui.
Ya,
Lain kali aku akan melalui jalan yang satunya itu!
Namaun menyadari bahwa jalan yang kulalui,
Akan membawa ku ke jalan berikutnya;
Dan aku ragu apakah aku akan pernah kembali?

Aku akan menyatakan hal ini dengan menyesal,
Entah kapan ketika umurku semakin lanjut;
Dua jalan berpencar di sebuah hutan kuning,
Dan aku,
Aku memilih jalan yang jarang dilalui,
Pilihanku itu membuat segalanya berbeda."

Dan aku semakin menyadari bahwa kita tidak dapat mengubah keputusan kita, apa yang telah kita putuskan menjadi sebuah jalan yang berbeda hingga kita membuat keputusan yang baru yang akan kita jalani selanjutnya. Adakah keputusan yang salah? oya, tentu saja. Bahkan kadang-kadang secara sadar kita membuat suatu keputusan yang salah - keputusan yang keliru- entah apa yang memperdaya kita, membutakan mata hingga membuat keputusan konyol yang membawa dampak yang konyol juga.

Tapi yang paling penting adalah bagaimana membuat keputusan baru secara lebih cepat, yaitu keputusan yang benar - yang membawa kita juga kepada damai dan sukacita.