Hampir tak terasa penghujung bulan maret telah tiba, dan perayaan Paskah sudah di depan mata. Tak seperti beberapa tahun terakhir sebelumnya - (seingat saya) perayaan paskah selalu jatuh di bulan april , namun tahun ini perayaan Paskah jatuh di penghujung bulan Maret. Tak sedikit orang mulai mempersiapkan rencana untuk mudik ke kampung halaman untuk merayakan Paskah bersama keluaraga atau sekedar siap-siap untuk libur panjang akhir pekan. Sementara saya tak ada persiapan sama sekali.
Teringat kejadian beberapa hari yang lalu, ketika saya buru-buru mempersiapkan diri untuk berangkat kerja - malah pemandangan tumpukan pakaian kotor di kamar mandi membuat saya tidak bersemangat untuk mandi, ditambah aroma khas kain kotor yang lumayan menggangu, membuat saya ingin segera keluar dari sana. Sangat tidak menyenangkan bertemu hal semacam ini. Selesai mandi saya sangat geram ketika membuka lemari pakaian, ternyata tidak ada pakain kerja yang siap pakai. Pakain menumpuk di lemari dan bergulung-gulung tak jelas dan belum disetrika. Akhhh menyebalkan sekali. Akhirnya, saya menyetrika sebelum benar-benar terlambat kerja. Ketika menyetrika itu, di saku depan celana saya menemukan uang Rp. 50.000 - itu uang saya yang ketinggalan di saku.
Tapi entah kenapa, saya sangat senang menemukan uang itu. Mungkin karena faktor tanggal penghujung bulan - Anda pasti tau yang saya maksud- atau karena sebab apa yang tidak jelas, saya sangat senang. Padahal uang 50 ribu itu bukan jumlah yang banyak. Entahkah pada saat itu saya merasa menemukan harta yang tersembunyi, entahlah.
Sering sekali kita tidak menyadari apa yang kita miliki karena kita belum melihatnya dengan jelas, entahkah karena masih tersembunyi , entahkah karena kita tidak menyadarinya atau kita tidak bisa melihatnya karena terlalu fokus melihat apa yang dimiliki oleh orang lain. Akibatnya, kita sering mengeluh atas apa yang tidak kita miliki dan bukannya bersyukur atas apa yang kita miliki sekarang. Padahal sebenarnya setiap kita memiliki banyak hal, banyak potensi, banyak kemampuan yang belum tentu dimiliki orang lain. Masalahnya adalah kita tidak mengetahuinya karena kita tidak menghitungnya dan tidak membuat daftar-daftarnya.
Rumput di halaman tetangga, selalu terlihat lebih hijau dibanding rumput di halaman sendiri. Tampaknya ungkapan ini masih berlaku hingga saat ini - bahkan masih sangat relevan. Itu sebabnya kita cenderung lebih mudah untuk mengeluh saat menghadapi masalah dan banyak tantangan (bahkan masalah sepele seperti yang saya hadapi tentang pakaian kotor dan menyetrika pakaian) dibanding untuk bersyukur dan menghadapinya dengan kepala tegak
Menghitung berkat-berkat yang telah kita peroleh dan mensyukurinya memang akan membuat kita kuat dan bersemangat sekalipun menghadapi banyak tantangan. Saya teringat satu lagu yang sangat klasik.
Teringat kejadian beberapa hari yang lalu, ketika saya buru-buru mempersiapkan diri untuk berangkat kerja - malah pemandangan tumpukan pakaian kotor di kamar mandi membuat saya tidak bersemangat untuk mandi, ditambah aroma khas kain kotor yang lumayan menggangu, membuat saya ingin segera keluar dari sana. Sangat tidak menyenangkan bertemu hal semacam ini. Selesai mandi saya sangat geram ketika membuka lemari pakaian, ternyata tidak ada pakain kerja yang siap pakai. Pakain menumpuk di lemari dan bergulung-gulung tak jelas dan belum disetrika. Akhhh menyebalkan sekali. Akhirnya, saya menyetrika sebelum benar-benar terlambat kerja. Ketika menyetrika itu, di saku depan celana saya menemukan uang Rp. 50.000 - itu uang saya yang ketinggalan di saku.
Tapi entah kenapa, saya sangat senang menemukan uang itu. Mungkin karena faktor tanggal penghujung bulan - Anda pasti tau yang saya maksud- atau karena sebab apa yang tidak jelas, saya sangat senang. Padahal uang 50 ribu itu bukan jumlah yang banyak. Entahkah pada saat itu saya merasa menemukan harta yang tersembunyi, entahlah.
Sering sekali kita tidak menyadari apa yang kita miliki karena kita belum melihatnya dengan jelas, entahkah karena masih tersembunyi , entahkah karena kita tidak menyadarinya atau kita tidak bisa melihatnya karena terlalu fokus melihat apa yang dimiliki oleh orang lain. Akibatnya, kita sering mengeluh atas apa yang tidak kita miliki dan bukannya bersyukur atas apa yang kita miliki sekarang. Padahal sebenarnya setiap kita memiliki banyak hal, banyak potensi, banyak kemampuan yang belum tentu dimiliki orang lain. Masalahnya adalah kita tidak mengetahuinya karena kita tidak menghitungnya dan tidak membuat daftar-daftarnya.
"kita cenderung lebih mudah untuk mengeluh
saat menghadapi masalah dan banyak tantangan
dibanding untuk bersyukur
dan menghadapinya dengan kepala tegak."
Rumput di halaman tetangga, selalu terlihat lebih hijau dibanding rumput di halaman sendiri. Tampaknya ungkapan ini masih berlaku hingga saat ini - bahkan masih sangat relevan. Itu sebabnya kita cenderung lebih mudah untuk mengeluh saat menghadapi masalah dan banyak tantangan (bahkan masalah sepele seperti yang saya hadapi tentang pakaian kotor dan menyetrika pakaian) dibanding untuk bersyukur dan menghadapinya dengan kepala tegak
Menghitung berkat-berkat yang telah kita peroleh dan mensyukurinya memang akan membuat kita kuat dan bersemangat sekalipun menghadapi banyak tantangan. Saya teringat satu lagu yang sangat klasik.
Bila topan k'ras melanda hidupmu, Bila putus asa dan letih lesu,
Berkat Tuhan satu-satu hitunglah kau niscaya kagum oleh Kasih-Nya
Berkat Tuhan mari hitunglah,Kau 'kan kagum oleh kasih-Nya
Berkat Tuhan mari hitunglahKau niscaya kagum oleh Kasih-Nya
Pada akhirnya, harta yang tak terbeli dengan uang atau dengan emas dan perak adalah harta yang paling berharga yang pernah kita miliki hingga pada kekekalan di sorga kelak, sungguh tiada terperi. Itulah yang akan kita rayakan sebentar lagi - Paskah. Apa iya kita sudah benar-benar menemukan dan memiliki harta yang paling berharga itu? Selamat menyambut hari raya Paskah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungannya, Silahkan berikan komentar Anda di sini / Thank you for visiting, Please leave your comment here.