"Lahan keras menghasilkan bunga yg indah" |
Saya teringat bagaimana pertama sekali saya melihat rumah ini, atas petunjuk seorang teman. Pada awalnya saya tidak tertarik sama sekali; karena rumah ini terlalu besar untuk saya huni dan terlalu jauh dari tempat saya bekerja. Namun karena tidak gampangnya menemukan rumah kontrakan dan karena hal lain, saya pun akhirnya mengontrak rumah ini. Ternyata tahun ini merupakan tahun ketiga. Halaman di depan cukup luas untuk ditanami tanaman bunga atau yang lain. Dan di halaman belakang lebih luas lagi. Tapi saya tak punya waktu yang banyak untuk mengelolanya.
Pohon Pepaya di halaman belakang yang pernah saya tanam di tahun pertama ternyata sudah berbuah. Sekalipun saya tidak merawatnya dengan sangat baik, tapi karena tanahnya subur pepaya ini tumbuh dengan baik dan bertumbuh kian besar dan tinggi menuju langit. Dan tanpa sengaja tadi pagi saya menemukan ada buahnya sudah matang, entah kenapa saya sangat senang dan kegirangan. Memang saya suka buah pepaya, namun tidak begitu spesial. Tapi karena ini hasil dari apa yang saya tanam, ingin rasanya saya segera memakannya. Karena tampak sangat bagus dan ini hasil pertama. Saya memetiknya dan karena harus keluar rumah, saya merencanakan memakan buah ini setelah makan siang nanti.
Alhasil, ternyata buah pepaya itu busuk didalam - bahkan di dalam penuh ulat hidup yang mengerikan. Menjijikan sekali. Padahal dari kulit luarnya sangat bagus, menarik hati dan tak ada tanda-tanda cacat. Elok parasmu, Tapi ternyata Busuk dan berbau di dalam. Saya sangat kesal.
Tiba-tiba saja kejadian ini seolah mengingatkan saya akan satu hal yang sangat penting. Tak dapat dipungkiri bahwa sering sekali sebagai manusia biasa, menilai orang lain dari apa yang kelihatan - tampak luarnya saja. Menilai orang lain sebatas dan sejauh mata memandang. Barangkali tak asing lagi bagi semua orang istilah yang berkata: "Don't Judge the book by the cover" - Jangan menilai buku dari sampul luarnya saja. cobalah simak bab demi bab, pelajari isinya supaya tidak memberikan penilaian yang salah.
"Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah;
manusia melihat apa yang di depan mata,
tetapi TUHAN melihat hati."
Ada juga yang berlaku sangat manis diluar, sangat bersahaja dan seolah menyukakan hati, patut dipuji - namun di dalam hati penuh dengan tipu muslihat dan tujuan-tujuan jahat yang kotor, penuh sadis dan roh najis. Itulah yang disebut kemunafikan.
Saya diingatkan kembali atas apa yang pernah saya baca seperti ini: "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." Saya mencoba merenungkannya sejenak, mencoba memahami dan belajar untuk melihat bukan hanya dengan cara saya, tetapi dengan cara Tuhan. bukan sekedar dari sudut pandang saya, tapi juga dari kasat mata Allah. Supaya pada akhirnya saya dapat menilai orang lain dengan caranya Tuhan, dan supaya pada akhirnya saya dapat menilai segala sesuatu dan menilai kehidupan ini dari sudut pandang Allah.
Nice story...
BalasHapusPengalaman yang berharga ya bang. Aq juga pernah belajar hal yang sama walau dengan pengalaman yang berbeda. Memang kita harus peka menilai hidup ini dengan sudut pandang Allah dan bukan manusia. Makanya, kita perlu me-"ruwat" hati setiap hari dengan firman Tuhan. Ya toh??
:))
Debby, me-"ruwat" hati dgn Firman Kebenaran setiap hari. nice statement. "ruwat' itu benar2 istilah baru dalam perbendaharaan kosakata ku. itu artinya terlalu banyak yg tidak saya pahami dlm kesementaraan dunia ini :), but paling tidak saya bisa mencoba "paham' maksud dari me -"ruwat" itu. Thanks ya sudah mampir ke rumah maya saya. sila berbagi dengan kisah-kisah yang lain.
Hapus